16+ Perbedaan Buku dan Film Critical Eleven

Buku Critical Eleven ditulis oleh Ika Natassa, dan kemudian diadaptasi menjadi film berjudul sama oleh Monty Tiwa dan Robert Ronny yang menggaet sederet artis ternama seperti Reza Rahadian (Ale), Adinia Wirasti (Anya), Slamet Rahardjo (Ayah Ale), Widyawati (Ibu Ale), dan lain sebagainya.

Blurb Critical Eleven oleh Ika Natassa

Dalam dunia penerbangan, dikenal istilah critical eleven, sebelas menit paling kritis di dalam pesawat—tiga menit setelah take off dan delapan menit sebelum landing—karena secara statistik delapan puluh persen kecelakaan pesawat umumnya terjadi dalam rentang waktu sebelas menit itu. It's when the aircraft is most vulnerable to any danger.

In a way, it's kinda the same with meeting people. Tiga menit pertama kritis sifatnya karena saat itulah kesan pertama terbentuk, lalu ada delapan menit sebelum berpisah—delapan menit ketika senyum, tindak tanduk, dan ekspresi wajah orang tersebut jelas bercerita apakah itu akan jadi awal sesuatu ataukah justru menjadi perpisahan.

Ale dan Anya pertama kali bertemu dalam penerbangan Jakarta-Sydney. Tiga menit pertama Anya terpikat, tujuh jam berikutnya mereka duduk bersebelahan dan saling mengenal lewat percakapan serta tawa, dan delapan menit sebelum berpisah Ale yakin dia menginginkan Anya.

Kini, lima tahun setelah perkenalan itu, Ale dan Anya dihadapkan pada satu tragedi besar yang membuat mereka mempertanyakan pilihan-pilihan yang mereka ambil, termasuk keputusan pada sebelas menit paling penting dalam pertamuan pertama mereka.

Diceritakan bergantian dari sudut pandang Ale dan Anya, setiap babnya merupakan kepingan puzzle yang membuat kita jatuh cinta atau benci kepada karakter-karakternya, atau justru keduanya.

!Spoiler Sinopsis Alert

Ale adalah insinyur tambang yang bekerja di rig di laut lepas. Anya adalah pekerja kantoran yang ambis, ia tidak bisa diam tanpa bekerja. Suatu hari mereka bertemu di atas pesawat. Obrolan demi obrolan yang membewa mereka pada pernikahan.

Setelah menikah, Ale memboyong Anya ke New York, membuat Anya mesti resign dari pekerjaannya di Jakarta. Namun, sewaktu tinggal di New York, Anya yang seketika menjadi ibu rumah tangga pun bosan tinggal sendirian di rumah saat Ale dinas di rig, dan Anya pun mencari dan mendapatkan pekerjaan di New York.

Suatu hari, Anya hamil. Sayangnya, kematian janin saat hamil besar membuat Ale dan Anya berkonflik. Ale menyalahkan Anya yang kurang istirahat. Inilah konflik yang dituliskan sebagai tragedi besar pada blurb buku.

Mereka berdua pulang ke Indonesia, namun masih saling dingin meski memperlihatkan kehangatan yang canggung saat bersama keluarga.

Lalu melalui kejadian-kejadian tertentu yang melibatkan keluarga Ale, hubungan kedua pasangan ini kembali panas-dingin. Seolah ada tembok pembatas di antara mereka, meski di dalam hati sebetulnya ingin kembali bersama. Lika-liku gejolak hati yang kemudian sampai pada klimaks: Ale kecelakaan. Akhirnya keduanya saling berdamai dengan perasaan terhadap konflik kelam mereka, hingga Anya dan Ale kembali dititipkan seorang anak oleh Sang Pencipta.

Perbedaan Buku dan Film Critical Eleven

Tinggi Ale dan Anya

Di buku, tinggi Anya hanya sepundak Ale. "Damn, he's tall. Aku hanya sepundaknya." (Anya's POV). Di film, tinggi mereka berdua terlihat hampir imbang (Reza Rahadian 177 cm dan Adinia Wirasti 175 cm). Menurut saya ini bukan masalah.

Adegan di pesawat terbang

Di buku, Anya tertidur di bahu Ale ketika di pesawat, kemudian barulah mereka bercakap-cakap. Di film, ada adegan Anya mencari mainan dinosaurus kecilnya yang kemudian ditemukan Ale.

Pindah ke New York

Di buku, Anya tetap tinggal di Jakarta setelah menikah hingga kemudian pada tahun kedua pernikahan, ia ditempatkan di biro New York selama setahun. Di film, Anya pindah ke New York setelah menikah, setelah Anya resign dari pekerjaannya di Jakarta dan mencari pekerjaan baru di New York. Di film, setelah balik ke Indonesia, Anya kembali diterima oleh kantor lamanya.

Panggilan sayang

Di buku, panggilan sayang Anya kepada Ale adalah "dickhead". Di film, panggilan sayang Anya kepada Ale adalah "suami". Sepertinya lebih aman menggunakan kata suami untuk film ya?

Nama Aidan

Di buku, Ale sendiri yang menamai Aidan. Di film, mereka mencari namanya berdua dan menemukannya saat jalan-jalan di taman.

Orang tua Anya

Di buku, Anya dikatakan memiliki keluarga. "Harusnya tidak susah, karena ini mungkin sudah kesekian kalinya kami melakukan ini, di depan orangtuanya ataupun di depan orangtuaku.. (Anya's POV). Di dalam film, tidak jelas orang tua Anya yang mana atau siapa. Seolah Anya tidak punya keluarga lain selain keluarga Risjad. Mungkin supaya proses produksi filmnya jadi gampang kali ya? Lagipula orangtua Anya sepertinya juga tidak memberikan banyak pengaruh.

Sandiwara Ale dan Anya

Di buku, ditulis bahwa ibu Ale tidak tahu dengan masalah Ale dan Anya. "Ibu nggak tahu. Biarlah. Kasihan nanti dia khawatir." (ujar ayah Ale dalam Ale's POV). Di film, ibu mengetahuinya. Di film, ibu mengetahuinya. "Ibu itu intel paling jago di rumah." (ujar ayah Ale). Keduanya sama-sama oke menurut saya.

Teman Anya yang hamil

Di buku, Tara yang hamil. Di film, Agnes yang hamil. Hm, mungkin ada penyesuaian karakter dan acting hamil Hannah Al Rashid (yang berperan sebagai Tara) dan Astrid Tiar (yang berperan sebagai Agnes). Menurut saya, ini tidak begitu berpengaruh sih.

Raisa dan Aga

Di buku, Raisa dan Aga tidak berpisah. Sedangkan di film, mereka berpisah. Sepertinya dibikin begini untuk memperkuat pesan / nasehat pernikahan, agar Ale dan Anya bisa belajar dari pengalaman saudarinya ini. Meskipun, terasa sayang aja gitu.

Umur Harris dan Raisa

Di buku, Harris lebih tua daripada Raisa. Di film, Raisa lebih tua daripada Harris. Biar penampilan Revalina S. Temat (sebagai Raisa) dan Refal Hady (sebagai Harris) di film jadi lebih masuk akal?

Hadiah ulang tahun Ale

Di buku, Anya mengkadoi Ale jam tangan. Di film, hadiah untuk Ale dari Anya adalah lego.

Kabar mengenai Ale

Di buku, kabar mengenai Ale melalui pesan dari Raisa datangsetelah belasan panggilan tak terjawabketika Anya sedang hang out bersama Tara. Di film, kabar mengenai Ale datang ketika Anya dalam perjalanan ke bandara saat Anya hendak cabut ke Melbourne.

Ke rumah sakit

Di buku, Anya ke rumah sakit sendiri diantar sopir. Di film, Anya ke rumah sakit bersama Raisa, Ale's sista.

Anya mencoba berdamai dan menjenguk Aidan

Di buku, diceritakan bahwa Anya pergi diantar oleh pak Sudi ke makam Aidan. Kemudian Ale mendapat laporan dari pak Karto, lalu Ale pun menyusul Anya. Di film, mereka datang berdua.

Hal-hal lain yang dihilangkan dalam film

Keberadaan si Jack; adegan Anya di toko anak-anak; Anya kenal dengan Harris; chit chat Ale dan Paul; cerita pak Ibrahim Baskoro dan bu Aryati; cerita pak Rinaldi Risjad dan bu Atikah; keseruan Ale dan teman-temannya sehari sebelum akad; cerita Harris melamar Keara; dll.

Saya rasa, adegan yang dihilangkan adalah adegan yang pada dasarnya tidak begitu berpengaruh terhadap alur cerita. 

Hal-hal lain yang ditambahkan dalam film

Keberadaan Donny (yang sepertinya dimaksudkan untuk menarik perhatian dari segi pemilihan Hamish Daud sebagai aktornya, hingga percakapan-percakapan di antara bestie-bestie Anya itu)

*

Penyajian buku dan film memang berbeda. Buku melalui tulisan (kata dan kalimat) yang mendatangkan banyak imajinasi pembacanya. Film menghadirkan visual (dalam kasus C11 ini filmnya juga memiliki audio/musik). Buku dan film masing-masing memiliki cara yang berbeda dalam menyentuh emosi para penikmatnya. Durasi dan para pemain juga menjadi pertimbangan kenapa adaptasi buku menjadi film menjadi berbeda dengan bukunya.

Quote Critical Eleven:

"Kita kan sering begitu, ya? Melihat orang atau pasangan yang hidupnya kelihatan seru dan bahagia banget, apakah itu orang yang kita kenal langsung atau sekadar yang kita ikuti hidupnya lewat Twitter atau Instagram, dan kita dengan cepatnya berkomentar, 'Pengin deh kayak kalian', atau 'iri banget deh sama kalian', tanpa kita benar-benar tahu sebenarnya kehidupan orang itu seperti apa. We didn't know what we really wished for." (Anya's POV)

AnonAwam, yang memindahkan postingan blog ini dari blog sebelah agar lebih rapi. Tulisan aslinya dipublikasikan pada tanggal 27 Oktober 2017, dan diset ulang pada tanggal yang sama di blog ini (hari ketika saya menamatkan bukunya juga). Tulisan disunting sedikit agar lebih nyaman dibaca terutama oleh Penulis.

No comments:

Post a Comment