Sinopsis dan Review Life of Pi: Bertahan Hidup Karena Keyakinan

Buku Life of Pi karangan Yann Martel ini terbagi menjadi 3 bagian. Masing-masing bagian dipecah menjadi beberapa bab. Berikut rangkumannya:

Bagian 1: Toronto dan Canada

Piscine Molitor Patel, sebagian hidupnya seolah tak jauh dari air. Namanya terinspirasi dari cerita Francis Adirumbasamy—Piscine memanggilnya Mamaji—mengenai kolam renang terbersih yang pernah ia lihat, yaitu kolam renang Piscine Molitor di Perancis. Piscine kecil diajarkan berenang oleh Mamaji. Piscine kecil juga mengganti nama panggilannya menjadi Pi, karena Piscine terdengar seperti "Pissing" atau bahasa Indonesianya adalah Kencing.

Keluarga kecil Pi tinggal di Pondicherry, India. Keluarga itu terdiri dari ayahnya yang bernama Santosh, ibunya bernama Gita, serta kakak laki-lakinya bernama Ravi. Keluarga mereka merupakan keluarga Hindu.

Ayahnya memiliki usaha kebun binatang, dan itu membuat Pi banyak cukup mengenal soal binatang. Selain soal binatang, Pi juga memiliki keingintahuan terhadap keyakinan. Mulanya ia merupakan seorang hindu. Namun suatu hari saat berlibur, ia jadi tertarik dengan kristen. Kemudian muncul pula ketertarikannya terhadap Islam. Maka jadilah Pi memeluk tiga agama di usianya yang belasan tahun.

Karena situasi politik di India, keluarga mereka berencana pindah ke Winnipeg, Kanada. Sebagian binatang di kebun binatang itu dijual ke benua Amerika. Bersama, mereka hijrah ke Benua Merah itu dengan kapal kargo Jepang bernama Tsimtsum. Maka dimulailah inti cerita kehidupan Pi yang digambarkan oleh Yann Martel.

Bagian 2: Samudra Pasifik

Blurb Buku Life of Pi karya Yann Martel ini menyuratkan apa yang tertulis pada bagian 2:

Secuil Blurb Buku Yann Martel - Life of Pi

Pada tanggal 21 Juni 1977 kapal barang Tsimtsum berlayar dari Madras menuju Canada. Pada bulan Juli, kapal itu tenggelam di Samudra Pasifik. Hanya satu sekoci berhasil diturunkan, membawa penumpang seekor hyena, seekor zebra yang kakinya patah, seekor orang utan betina, seekor harimau Royal Bengal seberat 225 kg, dan Pi—anak lelaki India berusia 16 tahun.

Selama lebih dari tujuh bulan sekoci itu terombang-ambing di Samudra Pasifik yang biru dan ganas. Di samudra inilah sebagian Kisah Pi berlangsung. Kisah yang luar biasa, penuh keajaiban, dan seperti ucapan salah satu tokoh di dalamya, kisah ini akan membuat orang percaya Tuhan.

Terombang-ambing di Samudra Pasifik (Versi 1)

Inti ceritanya adalah bagaimana ia bertahan hidup. Tantangannya bukan hanya amukan gelombang, tapi juga binatang buas yang berada di sekoci bersamanya: hyena, zebra yang kakinya patah, orang utan bernama Orange Juice yang naik ke sekoci setelah mengapung bersama tandan-tandan pisang, dan harimau Royal Bengal bernama Richard Parker.

Mulanya Pi-lah berniat menyelamatkan Richard Parker agar bisa naik ke atas sekoci. Ia melemparkan pelampung. Namun ketika Richard Parker sudah dekat dengan sekoci, Pi yang tersadar betapa seramnya harimau itu pun mencoba memukulnya dengan dayung, berharap Richard Parker tak jadi naik ke sekoci. Apa daya, Richard Parker berhasil bergabung bersama awak sekoci.

Di awal cerita, si hyena memakan zebra yang sudah patah kakinya itu. Kemudian hyena itu memakan orang utan yang bernama Orange Juice. Lalu Richard Parker memakan hyena.

Akhirnya, tinggallah Pi bersama Richard Parker.

Kutimbang-timbang, bagaimana kalau aku melompat saja ke laut dan berenang, tapi tubuhku tak mau bergerak. Aku berada ratusan kilometer jauhnya dari daratan, atau bahkan mungkin ribuan kilometer. Tak mungkin aku sanggup merenangi jarak sejauh itu, walau dengan memakai pelampung sekalipun. Selain itu, apa yang akan kumakan? Apa yang akan kuminum? Bagaimana caraku menghindari sergapan ikan-ikan hiu? Bagaimana supaya aku tetap hangat? Bagaimana aku bisa tahu arah yang mesti dituju? Tak ada keraguan sedikit pun di hatiku bahwa meninggalkan sekoci ini akan berarti kematian buatku. Tapi kalaupun aku tetap di sini, apa gunanya? Richard Parker akan mengendap-endap menghampiriku, tanpa suara, sebagaimana ciri khas seekor kucing. Dan tahu-tahu dia akan mencengkeram belakang leherku atay tenggorokanku, dan menancapkan taring-taringnya yang tajam di situ. Aku tidak akan sanggup berbicara. Aku akan mati kehabisan darah, tanpa sempat mengeluarkan suara terakhir. Atau dia akan membunuhku dengan satu hantaman cakarnya yang besar itu, mematahkan leherku.

...

Aku hendak menyerah. Aku pasti sudah menyerah—kalau bukan karena suara itu, suara yang sekonyong-konyong terdengar di dalam hatiku. Suara itu berkata, "Aku tidak akan mati. Aku menolak kematian. Aku pasti bisa, meski kemungkinannya kecil sekali. Sejauh ini aku berhasil bertahan, dan ini suatu keajaiban. Sekarang akan kubuat keajaiban ini berulang dan terus berulang. Setiap hari. Aku akan berusaha sekuat tenaga. Ya, selama Tuhan besertaku, aku tidak akan mati. Amin."

(Yann Martel. Life of Pi. Gramedia Pustaka Utama, anggota IKAPI. Cetakan kesembilan, Juli 2017, hlm 215-216)

Pi awalnya takut terhadap Richard Parker. Ia memikirkan bagaimana cara untuk menyingkirkannya. Namun harimau yang kuat itu sepertinya lebih gesit dalam berenang dan menangkap mangsanya. Mangsa pertama, tentu saya yang terlihat, yaitu Pi. Akhirnya Pi mencari cara untuk menjinakkannya, hingga mereka bisa berdampingan hidup di tengah-tengah lautan, di atas sekoci dengan sebuah rakit ala kadarnya karya Pi. Rakit itu diikatkan pada sekoci dengan tali tambang.

Hari demi hari yang menyiksa. Pi rasanya mau mati. Dalam kewarasannya yang tinggal setengah-setengah, ia mencoba berdialog dengan Richard Parker, kemudian seseorang beraksen Perancis tiba-tiba menghampiri dengan sekoci lain, dan ikut berdialog. Orang beraksen Perancis itu kemudian diterkam begitu saja oleh Richard Parker (Ini diceritakan dalam BAB 90-91).

Suatu hari ketika terbangun dari tidurnya yang sejenak, Pi menemukan pulau ganggang yang ditumbuhi pohon-pohon hijau. Pulau itu dihuni oleh meerkat-meerkat jinak, yang pasrah saja saat melihat kaumnya disantap oleh Richard Parker. Ternyata malam harinya, ganggang-ganggang ini berubah menjadi karnivora. Pi dan Richard Parker meninggalkan pulau ini (Ini diceritakan dalam BAB 92, salah satu BAB terpanjang dalam buku ini).

Kemudian Pi mencapai daratan Meksiko. Richard Parker kabur meninggalkan Pi yang tergolek lemas di pantai. Pi kemudian ditemukan oleh para warga dan dibawa ke rumah sakit.

Bagian 3: Rumah Sakit Benito Juárez, Tomatlán, Meksiko.

Bagian ini menceritakan Pi yang diwawancarai oleh Mr. Tomohiro Okamoto dari Departemen Maritim Kementerian Transportasi Jepang, beserta Mr. Atsuro Chiba, asistennya. Mereka ingin mengumpulkan informasi mengenai tenggelamnya kapal Tsimtsum.

Namun, mereka sulit untuk percaya mengenai cerita Pi bersama hewan-hewan itu. Akhirnya Pi menceritakan versi yang berbeda.

Terombang-ambing di Samudra Pasifik (Versi 2)

Pi terdampar di atas sekoci bersama si tukang masak Perancis. Di atasnya juga ada seorang pelaut Cina yang patah kakinya. Kemudian ibu Pi naik ke atas sekoci setelah mengapung bersama tandan-tandan pisang.

Makanan persediaan darurat yang ada di sekoci habis dengan cepat, dimakan oleh si tukang masak, dan Pi juga ikutan makan. Si tukang masak itu kemudian bilang kalau kaki si pelaut Cina sebaiknya diamputasi supaya infeksinya tidak menjalar ke bagian tubuh yang lain. Ternyata itu hanya akal-akalan si tukang masak agar bisa memakai daging si pelaut sebagai umpan untuk memancing. Ibu Pi tidak sampai hati melihatnya, ia marah. Namun si tukang masak akhirnya menghunusnya dengan pisaunya yang tajam. Jasadnya dihanyutkan ke laut. Pi kemudian membunuh si tukang masak itu.

Cerita versi 1 dan versi 2 ini memiliki kesamaan:

Hyena membunuh zebra dan orang utan. Richard Parker membunuh hyena.

VS

Tukang masak membunuh pelaut Cina dan ibu Pi. Pi membunuh si tukang masak.

Dalam dialog Pi bersama Mr. Okamoto dan Mr. Chiba:

...

"Anda tidak bisa membuktikan cerita mana yang benar dan yang tidak. Anda hanya bisa mempercayai saya."

"Saya rasa begitu."

"Dalam kedua cerita itu, kapal tenggelam, seluruh keluarga saya meninggal, dan saya menderita."

"Ya, itu benar."

"Nah, jadi berhubung kedua cerita itu tidak ada bedanya secara faktual bagi Anda, dan Anda juga tidak bisa membuktikan kedua-duanya, cerita mana yang lebih Anda sukai? Cerita mana yang lebih bagus, cerita yang ada binatang-binatangnya atau cerita yang tanpa binatang-binatang?"

Mr. Okamoto: "Pertanyaan menarik...."

Mr. Chiba: "Cerita yang ada binatang-binatangnya."

Mr. Okamoto: "Ya. Cerita yang ada binatang-binatangnya lebih bagus."

Pi Patel: "Terima kasih. Demikian pula Tuhan, yang oleh-Nya kisah ini telah digenapi."

...

(Yann Martel. Life of Pi. Gramedia Pustaka Utama, anggota IKAPI. Cetakan kesembilan, Juli 2017, hlm 442-443)

Buku ini ditutup pada BAB 100 yang berisi rilis dari Mr. Okamoto dan Mr. Chiba mengenai kapal yang tenggelam ini.

Adaptasi Film

Cerita Life of Pi ini juga diadaptasi oleh film berjudul sama, yang disutradarai oleh Ang Lee. Secara keseluruhan, visualnya cukup memuaskan.

Perbedaan buku dan film Life of Pi yang paling kentara adalah: Karakter Mr. Satish Kumar (guru biologi ateis yang pincang karena polio) dan Mr. Satish Kumar (muslim yang memberi Pi roti, dan melalui Mr Kumar ini Pi lebih mengenal Islam) yang tidak ada di buku. Di film, justru ayah Pi yang pincang. Di film, Pi tertarik dengan Islam saat ia melihat orang sholat jamaah di masjid, lalu skip, dan tiba-tiba ia sudah bisa sholat. Di buku, Pi diceritakan bertemu dengan Mr. Kumar dan Mr. Kumar dan membahas hal-hal yang berhubungan dengan binatang dan kepercayaan. Di film, pertemuan di kebun binatang ini digantikan oleh Anandi, teman wanita yang ia taksir.

Di buku, adegan bunuh-membunuh dan makan-memakan dipaparkan dengan lebih detail, membuat kepala saya membayangkan darah-darah. Filmnya ternyata tidak gore.

Review Life of Pi

Saya tidak akan mengatakan mana yang lebih bagus antara buku dan film. Bagi yang mau pemaparan mendalam, bacalah bukunya. Bagi yang ingin visualisasi dan cerita yang lebih singkat, tontonlah filmnya.

Ada hal yang membuat saya bingung. Seingat saya, ini tidak diceritakan dalam film. Namun di akhir BAB 16 di buku, Pi mengatakan:

Umat Hindu, dalam kapasitas mereka mengasihi, bisa diibaratkan orang Kristen tak berambut, begitu pula kaum Muslim yang menganggap Allah ada dalam segala sesuatu, bisa diibaratkan orang-orang Hindu berjanggut, sementara orang Kristen, dalam kecintaan mereka kepada Tuhan, bisa diibaratkan orang-orang Muslim bertopi.

Itu maksudnya apa ya?

Terlepas dari itu, bagi saya, ceritanya mindblowing.

Mungkinkah Richard Parker adalah Pi itu sendiri?

Jika membaca bukunya, ada percakapan saat Pi dengan RP saat ia hendak menyelamatkan RP ke sekoci, dan ada percakapan Pi dengan RP saat ia sudah ingin menyerah dan seperti nyaris gila sebelum kemudian menemukan pulau ganggang itu. Mungkinkah RP merepresentasikan sesuatu di dalam diri? Ketakutan? Yang perlu ditaklukkan? Atau apa namanya?

Mungkinkah Pi sudah "gila"? Semua yang ia ceritakan hanya terjadi dalam kepalanya? Semua yang ia ceritakan adalah keyakinannya yang susah dicerna logika?—Seperti Tuhan?

🍵 My Cup of Tea Level : 🤯🤯🤯🤯🤯 (Meledakkan Isi Kepala).

Namanya juga genre Fantasi, tapi WOW!! Kenapa bisa kepikiran bikin cerita yang begini ya? Ceritanya itu mengalir, tapi setelah kelar jadi bikin mikir. Tadinya saya pikir ini cerita survival aja, bagaimana orang bisa bertahan hidup melewati rintangan. Tapi kok kemudian serasa penuh analogi, dengan simbol-simbol yang merepresentasikan sesuatu?

No comments:

Post a Comment