Sinopsis dan Review 3 Hari untuk Selamanya (2007): Menghubungkan Titik demi Titik Peta dalam Roadtrip Jakarta ke Jogja

"Roadtrip yang dilakukan 2 sepupu dengan sudut pandang kegelisahan akan masa depan dan juga obrolan-obrolan yang 'apa adanya'. Bagus!" Begitu review singkat film 3 Hari untuk Selamanya ini yang saya baca di sebuah sosmed.

Btw, saya kenal sama si reviewer ini di dunia nyata, meski nggak kenal-kenal amat juga.

Karena kata kunci: "kegelisahan akan masa depan itu", saya pun tertarik untuk menonton film ini. Kebetulan saya juga suka sama Nic. Jadi gaslah, sekalian nyebur, minum air.

Sinopsis film 3 Hari untuk Selamanya (2007)

Film ini mengisahkan perjalanan Yusuf (Nicholas Saputra) dan sepupunya, Ambar (Adinia Wirasti) dari Jakarta ke Jogja menggunakan sedan.

Ceritanya Yusuf diminta ngantarin piring dan gelas keramik untuk nikahan kakaknya Ambar, yaitu Adin (Inong Febrina).

Jadi disini Nicholas Saputra udah beralih dari ngantar roll film (Janji Joni, 2005 —red) ke ngantar pecah belah antar provinsi. Wkwk. (Bukan, film ini bukan sequelnya kok).

Sebenarnya Ambar harusnya naik pesawat, tapi karena tadi malam clubbing dulu sama Yusuf, jadilah dia telat bangun dan malas naik pesawat sendirian. Ambar pun memutuskan untuk road trip ke Jogja bareng Yusuf.

Memanglah Ambar ini rada nakal. Udahlah semalam dia ngajak Yusuf clubbing, besoknya ngebujuk Yusuf untuk melipir dulu ke Bandung, tempat cowoknya. Yusuf akhirnya nurut. 

Setelah singgah sana-sini (rumah Edwina (Ringgo Agus) buat ngasih denah arsitektur —Ceritanya Nico di sini jadi anak arsi UI, sesuai sama kampusnya di dunia nyata; pemandian air panas Sariater / Ciater di Subang Jabar; makan di pinggir pantai Jawa; nginap di rumah H. Satimo (Tarzan) yang +17 abis; serta Sendangsono yang jadi tempat berdoa orang Katolik —meski mereka bukan orang Katolik). Abis dari Sedangsono, terjadilah adegan tatap-tatapan dan... terjadilah sesuatu...

Layar menghitam, terdengar suara pecah belah di atas mobil saling beradu.

Gempa bumi Jogja.

Walhasil, piring tersebut pecah.

Tapi mamanya Ambar legowo, karena pernikahan Adin bisa tetap berlangsung di dalam bangunan yang retak.

Perjalanan itu membuka mata Ambar. Ambar pun memutuskan untuk pergi kuliah ke Inggris (Ia memang sudah diterima di sebuah kampus, tapi gak bilang siapa-siapa sebelumnya, masih ragu). Sebagai perpisahan dengan Yusuf, mereka pun melalukan adegan dewasa yang saya ngga tahu apa di-cut oleh Disney+ atau ngga.

(ending spoiler)

9 bulan kemudian, Yusuf  dan Ambar bertemu kembali di sebuah pesta pernikahan keluarga besar. Mereka bertemu dengan kikuk. Saat itu, Yusuf sudah punya pacar. Film berakhir dengan suara pacar Yusuf memanggil Yusuf untuk dikenalkan ke temannya, sementara Yusuf dan Ambar saling berhadapan dengan canggung.

Kesan menonton film 3 Hari untuk Selamanya (2007)

Sebagai orang yang tengah gelisah soal masa depan, ada sebuah kutipan yang membekas.

Kalo kita mikirin sesuatu dan belum menemukan jawabannya, artinya saat ini kita emang belum perlu tahu.

Maklum, pas nonton lagi overthinking mikirin hidup yang sedang tak bergairah tapi pengen bisa ini-itu. Mungkin nanti tiba-tiba pikiran saya akan terbuka. ...Sebagaimana pikiran Yusuf dan Ambar yang terbuka akan masa depannya.

Ohh apakah ini tandanya saya butuh roadtrip? Please, memang butuh liburan!

Connecting the dots in the maps of life

Ea. Filosofis juga subheading ini.

Berhubung ini film lama, jadi berasa kembali ke masa lalu. Yusuf dan Ambar nggak tahu jalan menuju Jogja. Pada masa itu, mereka belum tersentuh dengan teknologi GMaps. Jangankan GMaps, sinyal hape aja susah.

Akhirnya, setelah melalui masa-masa kebingungan dan melewati rintangan di jalanan, mereka berhasil menghubungkan titik-titik di peta, dan sampailah di Jogja.

Begitu juga dengan titik-titik di hidup mereka, yang mereka hubungkan, setelah tercerahkan dengan obrolan-obrolan mereka di perjalanan.

Beberapa yang saya nggak ngerti di film ini

Pertama, kenapa Yusuf bisa ngelihat babi, gajah, dan macan di jalan? Itu jalan apa ya? Apa dia sedang berhalusinasi?

Kedua, pas mau beli peta, kenapa si bapak bilang dia nggak jualan peta ya? Eh taunya saat Yusuf mau pergi, bapak itu ngasi peta tapi nggak menerima uang dari Yusuf.

Sekian.

Saya mau menyisipkan lagu Float - Pulang yang menjadi soundtrack pembuka di film ini:

 
Dan lalu
Sekitarku tak mungkin lagi kini
Meringankan lara
Bawa aku pulang, rindu
Segera

Ketika rumah yang dihuni terasa asing. Bawalah saya pulang. Kemana itu pulang. Ke tempat saya bisa merasakan rumah, kembali.

Paruh pertama 2022, AnonAwam

No comments:

Post a Comment