Sinopsis dan Review Film Best Friend? (2008): Kisah Kenakalan Remaja Akibat Pengasuhan Orangtua

Saya menonton film ini pada April 2022 lalu. Sangat telat. Tapi masih bisa sangat relate.

Saya nontonnya di youtube, nemu aja di beranda. Padahal biasanya tontonan saya kala itu ya karaokean, denger musik, masterchef yang ditayangkan Lifetime Asia, sama interview artis yang sangat random. Tidak menonton film juga.

Pada hari-hari dimana saya jarang nonton film itu, entah atas dasar apa, saya pun mengklik video yang diupload oleh kanal Bambang Soetisna itu. Se-random itu juga pemikiran saya ini.

Lagipula, dimana ya bisa nonton film lawas ini secara legal?

Pemeran Best Friend? (2008)

  • Nikita Willy sebagai Tania
  • Risty Tagor sebagai Moli
  • Stefan William sebagai Ditya
  • Donita sebagai Karin / kakak Tania
  • Eza Gionino sebagai Yoga / kakak Tania
  • Ira Wibowo sebagai mama Tania
  • Leroy Osmani sebagai papa Tania
  • Karina Suwandi sebagai mama Moli
  • Arswendi Nasution sebagai papa Moli
  • Oka Antara sebagai Garry / suami baru mama Moli
  • Arumi Bachsin sebagai Windy / classmate Tania, Moli, Ditya, sering nyontek PR
  • Marsha Natika sebagai Lisa / classmate Tania, Moli, Ditya, anak baik-baik

Sinopsis Best Friend? (2008)

Moli pindah ke sekolah Tania, dan ditempatkan sebangku dengan Tania. Moli ini perawakannya seperti anak remaja yang cuek dan nakal. Bahkan ia sering pindah sekolah dengan track record yang jelek. Beruntung sekolah ini mau menerimanya.

Moli ini suka ngerokok, clubbing, dan akhirnya membawa pengaruh buruk pada Tania. Sementara Tania ini tadinya merupakan anak yang baik, rajin, namun tak berani bersikap saat Windy CS dengan seenaknya meminjam PRnya. Di sisi lain, ada Ditya yang Tania sukai. Ditya ini sering minjam buku catatan Tania karena dia ketinggalan pelajaran.

Film ini menyorot bagaimana pertemanan Moli, Tania, dan Ditya. Tania yang mendapati kehidupannya begitu membosankan, mulai masuk ke dunia Moli. Sementara Ditya, Ditya ternyata tidak senang dengan hal tersebut. Ditya tidak terbawa dengan pergaulan mereka, meski masih tetap berteman.

Bagaimana sikap Moli dan Tania ini tidak lepas dari pengaruh orang tua mereka dalam mendidik mereka.

Review(Awam) Best Friend? (2008)

Review ini tidak membahas dari segi alur cerita, scoring, atau teknis perfilman lainnya.

Review ini hanya berisi pandangan saya sebagai orang awam setelah menonton film ini.

Nostalgia bintang Indonesia pada masanya

Film ini diisi oleh bintang-bintang Indonesia yang lumayan ngetop. Sebagai orang yang nggak begitu gaul dan punya banyak referensi soal aktor/aktris, saya lumayan familiar dengan sebagian besar nama-nama pemeran di film ini. Menonton film yang umurnya lebih dari satu dekade ini membuat saya jadi nostalgia: oohh begini wajah mereka waktu itu. Sekarang sudah pada berkeluarga.

Peran orangtua dalam mendidik anak

Oke. Saya nangis. Saya benar-benar menitikkan air mata saat menonton film ini. Saya mengasihani mereka, Moli dan Tania.

Saya merasa relate. Saya bisa memahami bagaimana perasaan mereka.

Bagaimana menjadi anak brokenhome, ketika orangtua meletakkan ego mereka begitu tinggi, terang-terangan cekcok, penuh amarah, main tangan, bahkan menempatkan anak sebagai beban dalam hidup mereka. —Seperti orang tua Moli.

Di sisi yang lain, ada kekangan, ada peraturan bahwa harus begini-begitu, menjadi anak yang rajin, kerjaannya belajar, belajar, belajar. Penuh tuntutan, tapi minim rangkulan. Anak tidak bebas berpendapat. Anak tidak bebas mengutarakan isi hatinya. Orang tua merasa mereka selalu benar. —Seperti orang tua Tania.

Bahkan, bukan hanya Tania yang jadi salah gaul. Jarak antara orang tua dan anak juga membuat abangnya Tania menjadi suka nonton bokep. Bukankah ini tidak diinginkan oleh orang tua mereka? Tapi didikan mereka ternyata membawa anak mereka ke arah yang seperti itu.

Parahnya, karena saya bisa merasakan bagaimana rasanya menjadi anak dari orang tua Moli dan Tania sekaligus (dari segi cara mendidik), bukan hanya dari salah satu pihak saja, saya menjadi semakin sedih dan memberontak di dalam hati. Saya paham bagaimana tidak enaknya berada di posisi itu.

Saya tidak membenarkan apa yang dilakukan Moli dan Tania. Namun memang, saya menilai bahwa ada yang salah dalam cara orang tua mereka mendidik.

Saya mengerti, tidak mudah menjadi orang tua. Yah, tapi kenapa mau jadi orang tua? Apakah orang tua boleh cekcok di depan anak? Apakah orang tua boleh menyakiti perasaan anak dengan bilang bahwa anak itu tidak diharapkan? Apakah orang tua saja yang perlu didengar, tapi anak tidak?

Begitulah saya menyoroti film ini lebih ke segi parenting, tidak membahas friendship. Meski saya salut, dengan Ditya. Kira-kira, bagaimana ya Ditya dididik?

Paruh pertama 2022, AnonAwam.

No comments:

Post a Comment