Sinopsis dan Review Bridgerton #1 The Duke and I: Daphne's Story

Akhirnya ngikutin juga cerita Bridgerton ini. Telat bgt dibanding teman-temanku yang sering repost cuplikan adegan Simon-Daphne di igstory sekitar dua tahun yang lalu, tepatnya Desember 2020. Bukunya bahkan terbit 20 tahun sebelumnya lagi, pada Januari 2000.

Tapi saya rasa, kisah cinta keluarga Bridgerton ini nggak lekang oleh waktu, bagi yang ingin keluar sejenak dari realita, dan "melompat" ke Inggris tahun 1800-an awal.

Secuil Blurb Bridgerton #1 The Duke and I

Semua orang tahu Simon Basset, Duke of Hastings, sebentar lagi akan meminang Daphne Bridgerton yang manis, yang selama ini hanya dianggap sebagai sahabat alih-alih calon istri oleh para pria lajang. Tapi mereka berdua tahu yang sebenarnya—semua itu cuma taktik untuk menyelamatkan Simon dari serbuan ibu-ibu kaum bangsawan yang hendak menjodohkan pria itu dengan putri mereka. Sementara itu, menjadi pasangan duke membuat Daphne mendapat perhatian beberapa pria lajang yang layak sebagai calon suami.

Tapi manakala berputar-putar di lantai dansa bersama Simon, Daphne sulit mengingat bahwa kedekatan mereka selama ini sandiwara semata. Mungkin ini gara-gara senyum jail Simon, atau bahkan cara pria itu memandangnya setiap kali mereka berduaan. Ia hanya tahu dirinya telah jatuh cinta kepada sang duke! Kini ia perlu meyakinkan pria tampan itu bahwa sandiwara kecil mereka membutuhkan sedikit perubahan, dan bahwa cinta itu merupakan faktor yang amat pantas ditambahkan di dalamnya.

Kisah Cinta Daphne Bridgerton dan Simon Basset The Duke of Hastings

Kita bicara latar belakang tokoh utama dulu:

  • Daphne Bridgerton merupakan anak keempat dan putri pertama keluarga Bridgerton. Ayahnya sudah meninggal saat ia masih kecil, namun ia memiliki ibu dan 7 saudara/i yang walau kadang ribut, tapi keluarganya saling menyayangi.
  • Simon Basset merupakan anak tunggal. Ibunya meninggal setelah melahirkannya. Ayahnya, The Duke of Hastings baru saja meninggal saat cerita ini dikisahkan, sehingga gelar The Duke pun turun ke Simon. Sayang, keluarganya tidak harmonis. Ayahnya begitu dingin. Simon memiliki luka batin, sebab mendiang ayahnya yang menuntut kesempurnaan pada Simon kecil. Simon memiliki kekurangan, yaitu akan bicara gagap jika mendapatkan tekanan.

Jadi, masalahnya adalah:

  • Ada Daphne yang ingin menikah dan memiliki keluarga (suami dan anak-anak), namun belum ada pria yang serius mau melamarnya, kecuali yang gak sesuai kriteria, contohnya Nigel Berbrooke yang kurang pintar.
  • Ada Simon yang dikejar-kejar para ibu ambis dan anak gadis yang ingin bersamanya, sementara Simon—meskipun terkenal playboy—enggan untuk menikah. Alasannya adalah karena luka batinnya terhadap ayahnya yang menuntut Simon kecil menjadi sempurna untuk meneruskan gelar duke-nya, akhirnya Simon ingin gelar itu berhenti padanya—tidak mau ada keturunannya yang meneruskan.

Kemudian, karena gerah dengan keadaan mereka, atas usul Simon, mereka berpura-pura menjadi dekat. Harapannya, sandiwara mereka akan memberi keuntungan bagi masing-masing pihak.

  • Karena dekat dengan Simon, reputasi Daphne terkesan jadi naik di mata para pria bangsawan. Kayak, the duke aja mau dekat dengan Daphne, kenapa pria lain enggak kan? Pokoknya sebelum Simon melamar Daphne, kesempatan bersama Daphne masih terbuka lebar bagi para pria yang ingin dengannya.
  • Karena Simon tampak sedang dekat dengan Daphne, maka ibu-ibu ambis dan para gadis akan menjaga jarak dengan Simon.

Seperti yang tersurat pada blurb, kedekatan-kedekatan itu akhirnya membawa Daphne dan Simon benar-benar suka. Hanya, Simon masih ragu untuk menikahi Daphne karena keinginan mereka masing-masing yang berbeda: Daphne ingin punya anak, sementara Simon tidak.

Namun gairah sudah kelewat batas, hingga Anthony Bridgerton memergoki mereka berciuman di taman belakang pada suatu pesta dansa. Tidak terima dengan pelecehan itu (padahal Daphne juga mau dicium), Anthony memaksa Simon untuk menikahi Daphne. Kalau tidak, mereka duel (dan akan ada korban jiwa).

Daphne tentu tak ingin kakaknya dan pria yang ia cintai mati begitu saja. Apalagi setelah ia sadar kalau kejadian cium-ciuman itu tak hanya dipergoki oleh Anthony saja. Dengan bantuan bocoran info dari Colin mengenai lokasi duel, Daphne menyusul Anthony vs Simon. Daphne meyakinkan Simon agar mau menikahinya karena kejadian cipokan malam itu juga dilihat oleh orang lain selain Anthony.

Demi menyelamatkan harga diri, meski masih dilema dan merasa biarlah mati saja, Simon menikahi Daphne.

Ingat, mereka saling suka, tapi beda keinginan saja soal anak.

Setelah menikah, terjadilah lika-liku (dan adegan-adegan intim—yang diceritakan secara sastrawi dan detail—dengan Simon yang "berhenti di tengah jalan" agar pembuahan tidak terjadi), ... hingga akhirnya Daphne dapat meyakinkan Simon untuk melepaskan luka batinnya. Bahwa Simon berhak bahagia karena ia ingin bahagia atas dirinya sendiri, bukan bahagia karena ingin membuktikan sesuatu pada orang lain. Maka, jika Simon mau menghalangi dirinya untuk punya anak, maka alasannya harus demi kebaikan dirinya sendiri yang memang gak mau, bukan karena ia menyimpan luka dan dendam terhadap ayahnya.

...Pembalasan terbaik terhadap ayah pria itu hanyalah dengan hidup sepenuhnya dan bahagia, mencapai segala kejayaan dan keberhasilan yang dihalangi oleh ayahnya dengan sekuat tenaga.

Daphne menelan isakan frustasinya.  Ia tidak tahu bagaimana mungkin Simon bisa menjalani hidup bahagia jika seluruh pilihannya didasarkan pada pembalasan dendam terhadap harapan pria yang sudah tiada.

(Julia Quinn. The Duke and I. Kompas Gramedia Cetakan Kedua, Feb 2014, hlm 387)

Lini Waktu Kisah Daphne dan Simon

Cerita bermula pada akhir April 1813, ketika Daphne mencari suami, lalu bertemu Simon dan bersepakat untuk bersandiwara.

Sandiwara berlanjut hingga terjadilah adegan-yang-tak-seharusnya-dilakukan-sebelum-menikah itu. Singkat cerita, Akhir Mei 1813, Daphne dan Simon menikah.

Setelah awal-awal pernikahan yang penuh gairah, pada suatu hari di bulan Juni 1813, terjadi konflik antara Daphne dan Simon tentang urusan punya anak ini. Daphne salah paham atas pernyataan Simon. Simon bilang, ia tak bisa punya anak. Daphne pikir, ada yang tak beres dengan fisik Simon. Padahal maksud Simon itu tak mau punya anak, karena ia merasa hal itu tidak bisa terjadi. Daphne menjebak Simon untuk meluncurkan benihnya. Masing-masing mereka merasa telah saling dikhianati. Usai kejadian itu Simon dan Daphne berpisah sementara. Simon memberitahu Daphne kalau ia mau mengurus estat-estatnya, dan meminta Daphne agar mengiriminya surat kalau yang Daphne lakukan itu membuahkan hasil. Daphne pergi ke London dan tinggal di rumah milik Hastings. Keberadaannya diketahui oleh keluarga dan bikin saudara-saudaranya berang, terlebih Anthony. Anthony pun menyusul Simon.

Agustus 1813, Simon menyusul Daphne ke London dan mereka baikan. Simon akhirnya melepaskan luka batinnya, dan mau punya anak atas kebahagiaannya sendiri.

Desember 1817, Daphne baru saja melahirkan anaknya yang keempat, yang diberi nama David.

Perbedaan Buku Julia Quinn The Duke and I dan Series Netflix Bridgerton Season 1

Di bukunya, cerita lebih berfokus pada Daphne dan Simon. Seingat saya, di buku gak ada cerita Sienna yang jadi simpanan Anthony, Madame Delacroix si perancang busana dan punya affair dengan Benedict, Benedict yang suka melukis di tempat teman gay-nya (sepertinya Shondaland mau "embrace the rainbow"?), Marina yang hamil di luar nikah dan nyaris nikah dengan Colin, pertemanan Eloise dan Penelope.

Beberapa scene juga berbeda antara buku dan series.

Di buku, Daphne dan Simon pertama kali bertemu saat setelah Daphne menonjok Nigel sampai pingsan. Di series, Daphne dan Simon pertama kali bertemu saat Daphne menghindar dari Nigel. Adegan Daphne membuat Nigel pingsan masih ada di series, tapi ditambahkan saat Daphne sudah mengenal Simon. Saya pribadi lebih suka versi series.

Di buku, tidak ada ratu dan pangeran. Menurut saya, penambahan hal ini di series akan membuat penonton jadi lebih paham kalau Daphne itu hanya memikirkan Simon, dan Simon juga cemburu melihat Daphne bersama pangeran.

Di buku, adegan Daphne menjebak Simon dalam membuat anak itu adalah ketika Simon teler karena mabuk. Di series, Daphne menjadi agresif dan memposisikan dirinya di atas, supaya Simon tidak mudah menarik dirinya dari Daphne. Zuzur, saya belum tahu mana yang lebih masuk akal, tapi saya suka versi series, sebab di series kesannya tidak diam-diam berbuat di belakang.

Oh ya, di buku, dituliskan kalau Phillipa Featherington akhirnya—4 tahun kemudian—menikah dengan Nigel Berbrooke, sementara di series, dikatakan ia berlabuh dengan Mr Finch. Entah mungkin nantinya akan berganti pasangan?

Perbedaan lainnya adalah tokoh Simon yang diceritakan bermata biru. Meski mata biru gak hanya dimiliki kaum kulit putih, namun saya berpikir Shondaland sengaja membuat series Bridgerton ini diisi oleh para talent dari beragam ras. Walau saya akui saya suka dengan Rege Jean Page sebagai Simon (Oh, ia tampak begitu berkharisma! Apalagi matanya!), tapi saya pribadi masih merasa aneh melihat banyaknya ras kulit hitam, orang bermata sipit, dan ras lainnya menjadi bangsawan Inggris.

Paruh pertama 2023, AnonAwam—yang menikmati series ini begitu saja tanpa mengulik lebih lanjut dari wawancara atau referensi selanjutnya, kecuali ngepoin Rege Jean Page dikit, dan jadi tahu + baru sadar kalau dia pernah jadi figuran di Harry Potter and The Deathly Hallows Part 1.

Kisah lainnya dari Bridgerton:

No comments:

Post a Comment